About us

Dulu Mbah Petruk, sekarang Mbah Semar


Setelah munculnya awan mirip Mbah Petruk tersebut, muncul berbagai spekulasi. Saat itu rumor yang beredar mengatakan, kota Yogyakarta akan terkena letusan Gunung Merapi lantaran wajah Mbah Petruk dalam gambar tersebut menghadap ke arah kota Yogyakarta.

Memang benar, tidak lama setelah munculnya awan berupa wajah Mbah Petruk tersebut, Gunung Merapi meletus dahsyat dan memuntahkan lahar panas hingga radius berkilo-kilo meter. Bahkan wedhus gembel sampai ke kota Yogyakarta.

Dalam letusan ini, tak sedikit menyebabkan warga di sekitar lereng Gunung Merapi tewas, termasuk sang juru kunci Merapi, Mbah Maridjan.

Nah, kemarin, Sabtu (19/5), penampakan awan berbentuk tokoh pewayangan Semar muncul di kaki lereng Gunung Sumbing, Temanggung, Jawa Tengah. Awan itu muncul sekitar pukul 18.00 WIB, tepatnya menjelang maghrib.

Penampakan tokoh paling tua kelompok punokawan ini secara sengaja sempat diabadikan oleh Kontributor Trans7 wilayah Kedu Tri Joko Purnomo usai melakukan peliputan pertandingan sepakbola di Stadion Madya, Kota Magelang.

Awalnya sekitar pukul 18.00 WIB usai melakukan peliputan pertandingan sepakbola Kompetisi Divisi Utama antara PPSM KN Magelang melawan PSCS Cilacap, dirinya hendak pulang.

" Saat istirahat saya lihat mendung gelap dan di atas mendung awan berwarna merah darah semu jingga. Namun ketika saya menghadap ke arah lereng Gunung Sumbing saya langsung kaget! Ada penampakan awan berbentuk Semar," ungkap Tri Joko kepada merdeka.com, Sabtu (19/5).

Dirinya langsung teringat akan fenomena penampakan awan di Merapi sebelum erupsi yang saat itu sempat menggegerkan warga lereng Merapi sebagai tanda peringatan Gunung Merapi akan erupsi.

Akhirnya, buru-buru dia mengabadikan momen itu dengan memotret kamera BlackBerry-nya. Dirinya mengabadikan fenomena awan membentuk Ki Semar itu hanya sebanyak dua kali longshoot dan close up.

Bentuk dan posisi penampakan Ki Semar itu tepat berada di lereng Sumbing, posisi berdiri di sisi selatan lereng Gunung Sumbing dengan jari telunjuk tepat berada di puncak Gunung Sumbing. Ki Semar dengan tegak menghadap ke arah utara tepatnya ke Temanggung dan Kota Semarang.

Usai memotret sebanyak dua kali, dirinya merasa khawatir dan bertanya-tanya terhadap fenomena terbentuknya awan menjadi tokok pewayangan Semar yang dikenal sebagai tokoh tertua dalam dunia pewayangan.

" Takut tidak! Tetapi saya sempat merinding juga sih. Malah dalam hati kecil saya bertanya-tanya munculnya penampakan Semar pasti pertanda atau akan ada firasat entah itu baik apa buruk," tegasnya.
sumber: (dream.co.id) - Yaserli Syahadaw

0 Response to "Dulu Mbah Petruk, sekarang Mbah Semar"

Posting Komentar